QMB.06 - MAKNA BID'AH SECARA TINJAUAN BAHASA ARAB

المدخل الأول : حد البـدعـة 

وفيه ثمان مسائل :

1 ـ معنى البدعة في اللغة .
2 ـ معنى البدعة في الشرع .
3 ـ موازنة بين المعنى اللغوي والمعنى الشرعي .
4 ـ العلاقة بين الابتداع والإحداث .
5 ـ العلاقة بين البدعة والسنة .
6 ـ العلاقة بين البدعة والمعصية.
7 - العلاقة بين البدعة والمصلحة المرسلة .
8 ـ خصائص البدعة .

Bagian Pertama : DEFINISI ATAU BATASAN BID'AH

Di dalamnya terdapat delapan masalah:

  1. Makna Bid'ah dalam Bahasa.
  2. Makna Bid'ah dalam Syariah.
  3. Perbandingan antara Makna Bahasa dan Makna Syariah.
  4. Hubungan antara Konsep Al-Ibtida' dan Al-Ihdats.
  5. Hubungan antara Bid'ah dan Sunnah.
  6. Hubungan antara Bid'ah dan Dosa.
  7. Hubungan antara Bid'ah dan Mashlahah Mursalah.
  8. Karakteristik Bid'ah.

المسألة الأولى: معنى البدعة في اللغة

تأتي مادة (بدع) في اللغة على معنيين:

أحدهما: الشيء المخترع على غير مثال سابق، ومنه قوله تعالى: قل ما كنت بدعا من الرسل» . 

Masalah Pertama: Makna Bid'ah dalam Bahasa

Kata "بدعة" (bid'ah) dalam bahasa memiliki dua makna:

Pertama: Sesuatu yang diciptakan tanpa contoh sebelumnya, seperti yang disebutkan dalam firman Allah Ta'ala: "Katakanlah: 'Aku bukanlah seorang yang mengada-ada di antara para rasul.'" (Quran, Surah Al-Ahqaf, 46:9).

وجاء على هذا المعنى قول عمـر : "نعمـت البدعـة" . وقـول غـيـره مـن الأئمة؛ كقول الشافعي: "البدعـة بدعتـان: بدعـة محمـودة وبدعة مذمومة؛ فمـا وافـق السنة فهـو محمـود، ومـا خـالف السنة فهـو مذمـوم".

Dalam makna ini, terdapat pernyataan dari beberapa tokoh, seperti pernyataan dari Umar bin Khattab, "Nikmatnya bid'ah" (يعمت البدعة), serta pernyataan dari beberapa Imam lainnya. Seperti pernyataan Imam Al-Shafi'i, "Bid'ah memiliki dua jenis: bid'ah yang dipuji dan bid'ah yang tercela. Apa yang sesuai dengan Sunnah adalah yang dipuji, dan apa yang bertentangan dengan Sunnah adalah yang tercela."

قال ابن رجب: "وأما ما وقع في كلام السلف من استحسان بعـض البدع فإنما ذلك في البدع اللغوية لا الشرعية، فمن ذلك قول عمر لما جمع الناس في قيـام رمضـان علـى إمـام واحـد في المسجد، وخرج، ورآهم يصلون كذلك فقال: نعمت البدعة هذه". 

Ibnu Rajab menyatakan, "Adapun apa yang terdapat dalam perkataan Salaf tentang memuji beberapa jenis bid'ah, maka hal itu hanya berkaitan dengan bid'ah-bid'ah dalam bahasa, bukan bid'ah-bid'ah dalam syariah. Contoh dari hal ini adalah pernyataan Umar ketika dia mengumpulkan orang-orang untuk melaksanakan Shalat Tarawih di bawah satu imam di masjid, kemudian dia keluar dan melihat mereka melaksanakan shalat dengan cara tersebut, lalu dia berkata, 'Nikmatnya bid'ah ini.'"

والمعنى الثاني: التعب والكلال، يقال: أبدعت الإبل، إذا بـركت في الطريق مـن هـزال أو داء أو كـلال، ومنـه قـول الـرجـل الـذي جاء إلى النبي ﷺ فقال: إني أبدع بي فاحملني فقـال مـا عنـدي فـقـال رجل: يا رسول الله أنا أدله على من يحمله فقال رسول اللہ ﷺ : "مـن دل على خير فله مثل أجر فاعله".

Makna kedua dari kata "بدعة" (bid'ah) adalah lelah dan kelelahan. Kata ini digunakan dalam konteks ketika binatang, seperti unta, mengalami kelelahan atau kesulitan saat berjalan di jalan yang kasar, curam, atau saat mengalami kelemahan akibat penyakit. Contohnya adalah ketika seseorang mengatakan, "ابدعت الإبل" yang berarti bahwa unta-unta itu lelah atau sakit ketika mereka berjalan di jalan.

Penggunaan ini juga terdapat dalam kisah seorang pria yang datang kepada Nabi Muhammad ﷺ dan mengatakan bahwa ia mengalami kelelahan dan meminta agar Nabi membantunya untuk berjalan. Nabi Muhammad ﷺ mengatakan bahwa dia tidak memiliki binatang untuk membantunya. Kemudian ada orang lain yang menawarkan untuk membantu pria itu, dan Nabi Muhammad ﷺ berkata, "Barang siapa menunjukkan jalan kepada kebaikan, maka baginya pahala seperti pelakunya."

وهذا المعنى يرجع إلى المعنى الأول؛ لأن معنى أبدعت الإبل: بدأ بها التعب بعد أن لم يكن بها .

Makna ini berhubungan dengan makna pertama, karena makna "Ibda'at al-ibil" mengacu pada mulainya kelelahan setelah unta sebelumnya tidak mengalami kelelahan.